Sudah lama saya tidak
menulis dikarenakan banyak kesibukan-kesibukan sekolah yang harus dikerjakan. Kali
ini saya akan bercerita sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan lewat
pengalaman menarik dari ayah saya. Disimak baik-baik ya…
Memasuki tahun
2014 banyak resolusi-resolusi yang kita ungkapkan demi harapan yang ingin kita
capai. Kebanyakan orang hanya berharap tanpa ada tindakan yang nyata dalam hal
resolusinya. Kebanyakan resolusi-resolusinya mengenai kesuksesan studinya. Oleh
karna itu dengan banyaknya orang yang ingin sukses studinya, itu menandakan
bahwa betapa pentingnya pendidikan dijaman serba modern ini. Berhubungan dengan
masalah pendidikan, mungkin ditahun 2014 pemerintah perlu meningkatkan kualitas
pendidikan yang dianggap perlu diperbaiki lagi.
Demi
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, sebelumnya pemerintah sudah mengadakan program-program pendidikan gratis
seperti Dana Bos, Wajib Belajar 9 Tahun dan lain-lain. Akan tetapi pada
kenyataannya masih ada saja warga yang tidak mampu untuk membiayai anaknya
sekolah. Sebagai contoh masyarakat di salah satu kampung di Hulu Sungai Tengah
(Barabai). Disana banyak ditemui anak-anak yang putus sekolah. Lebih mirisnya
lagi orang tua malah tidak peduli terhadap masa depan anaknya. Pola pikir yang
masih tradisional mengakibatkan masyarakat dikampung sana sulit untuk mudah mempercayai
hal-hal modern. Mindset yang beranggapan pendidikan itu tidak penting sudah
turun-temurun mereka lakukan. Sehingga pada akhirnya anak-anak mereka sulit
mencari pekerjaan. Lalu terpaksalah anak-anak mereka berkerja sebagai petani. Selain
pola pikir, faktor finansial juga mempengaruhi dikarenakan disana sebagian
besar mata pencaharian sebagai petani. Sebagai petani memang tidak mudah,
apalagi saat cuaca sedang buruk. Mereka tergantung dengan cuaca, bila cuaca
menguntungkan mereka bisa meraup untung dengan hasil panennya. Dan sebaliknya
apabila cuaca sedang buruk maka mereka akan merugi.
Sebagai contoh
kisah nyata dari ayah saya. Beliau anak seorang petani yang hidupnya sederhana.
Lika-liku kehidupan sudah pernah dirasakannya. Mulai dari mencari ikan di
sawah, membantu orang tuanya bertani, sampai pernah suatu hari makan pun susah
sampai-sampai telur dadar dibagi
bertujuh orang. Sambil menyelesaikan Sekolah Dasar (SD) beliau membantu
orang tuanya mencari ikan, berladang, berkerbun, dan beternak. Beliau orangnya
tegas, penuh semangat, percaya diri dan pendirian yang kuat. Oleh karna itu beliau
bertekat untuk menjadi PNS. Tekat itu diwujudkannya dengan berangkat ke Banjarmasin
untuk bersekolah. Motivasinya hanya satu yaitu ingin menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Cita-citanya itu dianggap
remeh oleh saudara-saudaranya di kampung karena dianggap sekolah itu tidak
penting. Tetapi beliau menghiraukan omongan yang mencibir dirinya. Supaya
cita-citanya dikabulkan, beliau berdoa kepada Allah SWT supaya cita-citanya
dikabulkan dan minta doakan kepada orang tuanya untuk kesuksesannya. Keinginan
untuk bersekolah pun terwujudkan. Akhirnya ia berangkat ke Banjarmasin dengan
modal nekat. Di Banjarmasin beliau tinggal di rumah seorang wakil kepala
sekolah, namun sebagai pembantu rumah tangga. Kurang lebih satu tahun beliau
tinggal bersama sang guru. Tidak lama sang guru pindah menjadi kepala sekolah
di kota Amuntai dan ikutlah beliau pergi ke Amuntai. Setelah menamatkan SMAnya
di Amuntai lalu beliau berangkat lagi ke Banjarmasin. Sambil kuliah beliau berkerja
serabutan.
Tidak mudah untuk ayah saya hidup di Banjarmasin yang biaya
kebutuhan hidup saat itu juga cukup mahal, apalagi untuk biaya sekolah yang
hanya cukup untuk makan sehari-hari. Disamping bersekolah ia masih
sempat-sempatnya mencari uang untuk mencukupi biaya sekolah dan kebutuhan
sehari-hari. Oleh karena biaya kuliah semakin meningkat, lalu akhirnya beliau
melamar bekerja demi membayar uang kuliah. Ternyata beliau diterima berkerja di
sebuah Hotel Febiola. Tidak lama dia berkerja disana kurang lebih hanya 1
tahun. Hasil kerja kerasnya tercapai ingin menjadi pegawai negeri ketika ia
mendaftar tes CPNS tahun 1985 lalu diterima menjadi pegawai PNS di Departemen
Keuangan.
Merasa dirinya sudah
mapan, ayah saya lalu berpikir untuk menikah. Ketemulah beliau dengan seorang
gadis teman SMAnya yang juga berkerja di Departemen Keuangan. Hubungan mereka berdua
pun semakin serius hingga ayah saya ingin melamar. Akan tetapi calon mertua tidak setuju
dikarenakan latar belakangnya yang tidak jelas. Usahanya untuk melamar
dibuktikannya dengan mengajak saudara-saudaranya untuk datang ke rumah calon
mertua. Kemudian mereka menikah setelah pihak calon mertua tau latar belakang
dan status beliau. Pada tanggal 13 September 1985 mereka pun menikah di
Banjarmasin. Alhamdulillah..Setelah semua impian dan cita-citanya tercapai.
Maka beliau menjadi pelopor untuk menyekolahkan keponakan-keponakannya ke
Banjarmasin. Usahanya berhasil mengajak keponakan-keponakan beliau untuk
bersekolah. Dan kemudian beliau juga mengubah mindset masyarakat di kampungnya
bahwa sekolah itu penting. Beliau juga sudah membuktikan bahwa “Anak Petani
Bisa Menjadi Pegawai Negeri Sipil” kemudian saudara-saudaranya dan teman-temannya
mengikuti jejak beliau untuk menyekolahkan anak-anak mereka ke kota
Banjarmasin.
End
Sekian cerita
menarik dari pengalaman ayah saya. Semoga bisa dicontoh dan bermanfaat bagi
pembacanya. Terus cek blog ini ya, akan ada terus cerita menarik lainnya. Jangan
lupa komentarnya yaa! See You Again J