Sabtu, 15 Februari 2014

ANAK PETANI JUGA BISA SUKSES

Sudah lama saya tidak menulis dikarenakan banyak kesibukan-kesibukan sekolah yang harus dikerjakan. Kali ini saya akan bercerita sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan lewat pengalaman menarik dari ayah saya. Disimak baik-baik ya…

Memasuki tahun 2014 banyak resolusi-resolusi yang kita ungkapkan demi harapan yang ingin kita capai. Kebanyakan orang hanya berharap tanpa ada tindakan yang nyata dalam hal resolusinya. Kebanyakan resolusi-resolusinya mengenai kesuksesan studinya. Oleh karna itu dengan banyaknya orang yang ingin sukses studinya, itu menandakan bahwa betapa pentingnya pendidikan dijaman serba modern ini. Berhubungan dengan masalah pendidikan, mungkin ditahun 2014 pemerintah perlu meningkatkan kualitas pendidikan yang dianggap perlu diperbaiki lagi.

Demi meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, sebelumnya pemerintah sudah  mengadakan program-program pendidikan gratis seperti Dana Bos, Wajib Belajar 9 Tahun dan lain-lain. Akan tetapi pada kenyataannya masih ada saja warga yang tidak mampu untuk membiayai anaknya sekolah. Sebagai contoh masyarakat di salah satu kampung di Hulu Sungai Tengah (Barabai). Disana banyak ditemui anak-anak yang putus sekolah. Lebih mirisnya lagi orang tua malah tidak peduli terhadap masa depan anaknya. Pola pikir yang masih tradisional mengakibatkan masyarakat dikampung sana sulit untuk mudah mempercayai hal-hal modern. Mindset yang beranggapan pendidikan itu tidak penting sudah turun-temurun mereka lakukan. Sehingga pada akhirnya anak-anak mereka sulit mencari pekerjaan. Lalu terpaksalah anak-anak mereka berkerja sebagai petani. Selain pola pikir, faktor finansial juga mempengaruhi dikarenakan disana sebagian besar mata pencaharian sebagai petani. Sebagai petani memang tidak mudah, apalagi saat cuaca sedang buruk. Mereka tergantung dengan cuaca, bila cuaca menguntungkan mereka bisa meraup untung dengan hasil panennya. Dan sebaliknya apabila cuaca sedang buruk maka mereka akan merugi.

Sebagai contoh kisah nyata dari ayah saya. Beliau anak seorang petani yang hidupnya sederhana. Lika-liku kehidupan sudah pernah dirasakannya. Mulai dari mencari ikan di sawah, membantu orang tuanya bertani, sampai pernah suatu hari makan pun susah sampai-sampai telur dadar dibagi  bertujuh orang. Sambil menyelesaikan Sekolah Dasar (SD) beliau membantu orang tuanya mencari ikan, berladang, berkerbun, dan beternak. Beliau orangnya tegas, penuh semangat, percaya diri dan pendirian yang kuat. Oleh karna itu beliau bertekat untuk menjadi PNS. Tekat itu diwujudkannya dengan berangkat ke Banjarmasin untuk bersekolah. Motivasinya hanya satu yaitu ingin menjadi  Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Cita-citanya itu dianggap remeh oleh saudara-saudaranya di kampung karena dianggap sekolah itu tidak penting. Tetapi beliau menghiraukan omongan yang mencibir dirinya. Supaya cita-citanya dikabulkan, beliau berdoa kepada Allah SWT supaya cita-citanya dikabulkan dan minta doakan kepada orang tuanya untuk kesuksesannya. Keinginan untuk bersekolah pun terwujudkan. Akhirnya ia berangkat ke Banjarmasin dengan modal nekat. Di Banjarmasin beliau tinggal di rumah seorang wakil kepala sekolah, namun sebagai pembantu rumah tangga. Kurang lebih satu tahun beliau tinggal bersama sang guru. Tidak lama sang guru pindah menjadi kepala sekolah di kota Amuntai dan ikutlah beliau pergi ke Amuntai. Setelah menamatkan SMAnya di Amuntai lalu beliau berangkat lagi ke Banjarmasin. Sambil kuliah beliau berkerja serabutan. 

Tidak mudah untuk ayah saya hidup di Banjarmasin yang biaya kebutuhan hidup saat itu juga cukup mahal, apalagi untuk biaya sekolah yang hanya cukup untuk makan sehari-hari. Disamping bersekolah ia masih sempat-sempatnya mencari uang untuk mencukupi biaya sekolah dan kebutuhan sehari-hari. Oleh karena biaya kuliah semakin meningkat, lalu akhirnya beliau melamar bekerja demi membayar uang kuliah. Ternyata beliau diterima berkerja di sebuah Hotel Febiola. Tidak lama dia berkerja disana kurang lebih hanya 1 tahun. Hasil kerja kerasnya tercapai ingin menjadi pegawai negeri ketika ia mendaftar tes CPNS tahun 1985 lalu diterima menjadi pegawai PNS di Departemen Keuangan.

Merasa dirinya sudah mapan, ayah saya lalu berpikir untuk menikah. Ketemulah beliau dengan seorang gadis teman SMAnya yang juga berkerja di Departemen Keuangan. Hubungan mereka berdua pun semakin serius hingga ayah saya ingin  melamar. Akan tetapi calon mertua tidak setuju dikarenakan latar belakangnya yang tidak jelas. Usahanya untuk melamar dibuktikannya dengan mengajak saudara-saudaranya untuk datang ke rumah calon mertua. Kemudian mereka menikah setelah pihak calon mertua tau latar belakang dan status beliau. Pada tanggal 13 September 1985 mereka pun menikah di Banjarmasin. Alhamdulillah..Setelah semua impian dan cita-citanya tercapai. Maka beliau menjadi pelopor untuk menyekolahkan keponakan-keponakannya ke Banjarmasin. Usahanya berhasil mengajak keponakan-keponakan beliau untuk bersekolah. Dan kemudian beliau juga mengubah mindset masyarakat di kampungnya bahwa sekolah itu penting. Beliau juga sudah membuktikan bahwa “Anak Petani Bisa Menjadi Pegawai Negeri Sipil” kemudian saudara-saudaranya dan teman-temannya mengikuti jejak beliau untuk menyekolahkan anak-anak mereka ke kota Banjarmasin.

End

Sekian cerita menarik dari pengalaman ayah saya. Semoga bisa dicontoh dan bermanfaat bagi pembacanya. Terus cek blog ini ya, akan ada terus cerita menarik lainnya. Jangan lupa komentarnya yaa! See You Again J