Sekitar dua tahun yang lalu saya dan keluarga berlibur ke Kota Kudus. Kami kesana dalam rangka acara resepsi kakak saya yang pertama. Perjalanan itu dimulai ketika saya dan keluarga berangkat dari Banjarmasin menggunakan pesawat. Satu jam lebih perjalanan, dan akhirnya kami tiba di kota Yogyakarta. Mengingat hari sudah mulai mendung maka orangtua saya bergegas mencari agen travel untuk berangkat ke Kota Kudus. Tidak lama kemudian kami mendapat satu agen travel yang menyediakan layanan bus mini bernama Shuttle. Di awal perjalanan tidak ada yang salah dengan bus mini tersebut. Akan tetapi setelah dua jam perjalanan pinggang kami terasa sakit. Usut punya usut ternyata bus mini tersebut adalah bus lama yang dimodifikasi ulang. Sehingga ketika dibawa untuk perjalanan jarak jauh terasa tidak nyaman. Beberapa bulan setelah kejadian tersebut, saya menceritakan kejadian tersebut ke sepupu saya. Dan sepupu menertawakan saya karena agen tersebut memang terkenal 'abal-abal'. Lalu dia menceritakan pengalaman menaiki Bhinneka Shuttle. Selepas kejadian tersebut saya kapok dan tidak mau lagi menaiki travel bus mini tersebut. Seandainya saya tahu ada Bhinneka Shuttle, maka saya lebih memilih Bhinneka Shuttle. http://www.naikbhinneka.co.id
Rabu, 31 Agustus 2016
Mengubah Perspektif Buruk Bus di Indonesia melalui Bhinneka Patas Executive
Indonesia
adalah negara besar dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta orang. Dengan
jumlah penduduk tersebut Indonesia menempati urutan pertama terbesar di Asia
Tenggara. Tentunya dengan jumlah penduduk yang besar, Indonesia memerlukan
transfortasi yang dapat mengangkut banyak orang ke satu tempat ke tempat
lainnya. Oleh karena itu tidaklah heran kalau di Indonesia khususnya daerah
Jawa, banyak ditemui alat transfortasi seperti bus. Padahal kepadatan kendaraan
kerap mengular di berbagai jalan. Namun hal itu tak membuat masyarakat jera menggunakan
bus. Justru angkutan umum darat, seperti bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP),
Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) menjadi salah satu alternatif untuk pulang ke
kampung halaman. Tentu moda transfortasi seperti bus, tidak lepas dari kasus
kecelakaan. Kecelakaan sendiri lebih disebabkan oleh human error dan kurangnya standar keselamatan. Banyak sekali bus
yang tidak layak jalan, seperti ban gundul, lampu tidak menyala, speedometer
mati dan lain-lain Padahal pemerintah telah mengatur standar pengoperasian bus
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2012. Akan tetapi implementasi
peraturan tersebut masih kurang. Masih banyak kita temui bus yang tidak layak
jalan. Namun wajah bus di Indonesia tidak semuanya hancur. Penulis ingin
berbagi pengalaman tentang menaiki bus aman dan nyaman.
Sekitar
satu tahun yang lalu, saya bersama keluarga berlibur ke kota Bandung. Tiga hari
di kota Bandung kami berencana untuk pergi ke Jakarta. Namun kami bingung harus
menggunakan moda transfortasi apa untuk pergi kesana. Lalu saya mengambil
inisiatif untuk searching di google,
dan saya pun mendapatkan penawaran menarik dari bus Bhinneka Patas
Executive di website http://www.naikbhinneka.co.id.
Tanpa berpikir panjang, orang tua saya menelfon nomor yang tertera di website
tersebut. Kemudian kami berangkat ke Jakarta dengan bus tersebut. Segala
imajinasi buruk yang masyarakat anggap buruk tentang bus, mendadak lenyap
begitu kami memasuki bus Bhinneka Patas
Executive . Kesan pertama ketika menaiki bus tersebut yaitu
suasana sejuk dengan balutan interior yang elegan. Kursi yang empuk dan tidak
sempit membuat perjalanan semakin
menyenangkan. Ditambah fasilitas wi-fi
dan charger USB yang membuat kami betah berlama-lama di dalam bus. Supirnya pun
tidak ugal-ugalan, dan sangat mengutamakan keselamatan.
Tak terasa, beberapa jam sudah saya lalui bersama keluarga dan penumpang lain. akhirnya saya sampai di Jakarta untuk pertama kalinya. Setelah mendapat pengalaman menyenangkan menaiki bus tersebut, persepsi negatif saya tentang supir bus yang cenderung nekad dan ugal-ugalan ternyata tidak sepenuhnya benar. Asalkan bisa memilih agen bus yang tepat seperti BHINNEKA SANGKURIANG. Harapannya BHINNEKA Patas Executive dapat menjadi contoh bagi seluruh moda transfortasi di Indonesia terutama Bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP). Sering kali kita temui bus yang tidak layak jalan atau supir yang ugal-ugalan. Saya merasakan betul kenyamanan dan keamanan ketika menaiki Bhinneka Sangkuriang Patas Executive. Memang bus-bus lain juga sama halnya seperti bus Sangkuriang. Namun jika berbicara tentang kenyamanan dan keamanan, maka penulis menyarankan untuk memilih bus Sangkuriang sebagai transfortasi bus moderen. Selain fasilitasnya yang lengkap, keamanannya pun terjamin. Sehingga harapannya kedepan, muncul agen-agen bus seperti BHINNEKA SANGKURIANG yang mengedepankan kenyamanan dan keamanan penumpang. Agar angka kecelakaan bus menurun dan minat masyarakat menggunakan bus meningkat
Saat pertama kali datang ke Jakarta
Mensukses Kota Banjarmasin sebagai Kota Wisata Dunia melalui Pengadaan Bus Tingkat Wisata
Banjarmasin
merupakan salah satu pintu gerbang kegiatan ekonomi nasional. Pulau yang
terkenal dengan julukan Pulau Seribu Sungai ini memiliki sebuah Bandar
Pelabuhan besar dan sudah puluhan tahun menjadi pintu keluar masuk bagi
kegiatan perekonomian Pulau Kalimantan, khususnya Kalimantan Selatan.
Pariwisata kini menjadi salah satu sektor andalan untuk menyedot pendapatan
daerah di Banjarmasin. Ada 36 destinasi wisata yang dikembangkan di Banjarmasin.
Salah satunya adalah wisata Siring Sungai Tendean dan juga wisata Susur Sungai.
Bisnis pertambangan dan perkebunan yang lesu berimbas ke perekonomian Kota
Banjarmasin. Para pebisnis tambang dan kebun tidak lagi membelanjakan uangnya
di Banjarmasin, Hal ini mendorong pemerintah Kota Banjarmasin untuk
meningkatkan pendapatan melalui sektor parawisata dengan cara menargetkan 1
juta pengunjung selama satu tahun. Tentu dengan target tersebut, diperlukan
langkah-langkah yang membuat wisatawan tertarik untuk datang ke kota
Banjarmasin. Namun nyatanya Banjarmasin selalu kalah bersaing dengan beberapa
kota di Indonesia seperti Bandung dan Surabaya. Lantas, apa kendala utama kota
ini dalam memajukan pariwisatanya? Jawabannya adalah keterlambatan pembangunan
infrastruktur. Sehingga yang diperlukan adalah pembangunan intrastruktur yang
tepat sasaran.
Perkara memoles kota demi menarik
wisatawan untuk datang, bukanlah hanya soal mempercantik bangunan fisik semata.
Belakangan sarana transportasi berbagai tempat wisata di suatu kota, juga mulai
menjadi elemen pokok yang harus diperhatikan. Berdasarkan pengalaman penulis menaiki Bhinneka Patas Executive melalui penawa di internet http://www.naikbhinneka.co.id dan merasakan kenyamanan serta
keamanan yang diberikan. Muncul sebuah ide tentang pengembangan wisata kota
Banjarmasin dengan pengadaan bus wisata bertingkat bernama Bus Antasari.
Beberapa kota di Indonesia seperti kota Solo telah memiliki Bus Tingkat wisata bernama Werkuda. Jakarta
juga tak mau ketinggalan, Jakarta City Tour Bus (JCTB) merupakan bus tingkat
wisata keliling kota Jakarta secara gratis. Lalu bagaimana dengan Bandung?
Bandung juga memiliki bus tingkat wisata bernama “Bandung Tour on the Bus” atau
biasa disebut Bandros. Bandros sangat diminati masyarakat khususnya bagi para
pemuda. Desain ala eropa membuat Bandros sering dijadikan objek untuk berfoto. Oleh
karena itu penulis ingin kedepannya Kota Banjarmasin meniru langkah yang
diambil Solo, Jakarta dan Bandung dalam menarik wisatawan dengan cara menyediakan
bus wisata bertingkat. Mengingat rendahnya APBD kota Banjarmasin, maka alangkah
baiknya pengadaan bus tingkat wisata ini diserahkan ke pihak swasta saja.
Dengan begitu Pemerintah kota Banjarmasin tak perlu ikut mengelola ataupun
mengeluarkan biaya, cukup menjadi regulator saja. Halte dan terminalnya pun
harus dikelola oleh pihak swasta dan terintegrasi dengan tranfortasi lain serta dilengkapi
berbagai sarana pendukung lainnya
Bus
wisata bertingkat pertama di Indonesia
Penampakan
Jakarta City Tour Bus (JCTB) dengan warna biru ditambah gambar monument Jakarta
Bandros
merupakan bus antik ala eropa
Nantinya
bus tersebut dioperasikan dengan rute tujuan obyek wisata yang ada di
Banjarmasin, seperti di daerah Siring Tandean, Maskot Bekantan, Museum Wasaka
dan lain-lain. Untuk tahap pertama, sebaiknya akan diuji coba sebanyak lima
unit bus tingkat. Guna meningkatkan kualitas pelayanan, maka sudah saatnya
bus tingkat tersebut nantinya memakai
sistem booking online layaknya pesawat. Sistem booking online telah banyak
diterapkan agen-agen bus seperti Bhinneka Sangkuriang . Cukup mengunduh aplikasi melalui Google Play Store dengan kata
kunci “Bhinneka Taxi” maka dengan mudah kita membooking bus tanpa harus datang
ke agen. Hal tersebut sesuatu
yang sangat mungkin terjadi jika pemerintah kota Banjarmasin memberikan ruang
investasi yang pasti bagi perusahaan swasta untuk membangun kota Banjarmasin dan memberikan
kepercaya kepada pemerintah pusat agar ikut mendukung langkah tersebut. Sebelumnya
akan ada MoU (Memorandum of Understanding) yang menentukan besaran
tarif hingga bagi hasil. Kesepakatan juga diarahkan mengatur pembagian biaya
operasional Jika
proyek tidak dipenuhi maka akan ada regulasi untuk penambahan masa konstruksi
bagi investor Selain itu, menyiapkan regulasi juga sangat penting
agar memungkinkan investasi masuk secara lancar
dan aman. Tentunya menyiapkan regulasi dibutuhkan
campur tangan pemerintah pusat. Oleh karena itu, koneksi yang baik antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah sangat diperlukan. Jadi harapannya
kedepan melalui pengadaan bus tingkat wisata dan regulasi yang baik dapat menambah
pendapatan daerah kota Banjarmasin dan terwujudnya kota wisata dunia.
Langganan:
Postingan (Atom)