Setelah memenangi lomba pidato di sekolah, sekarang saya mendapat kesempatan untuk mengikuti lomba pidato mewakili sekolah. Bukan hanya saya saja yang mewakili
sekolah untuk seleksi pertama lomba pidato kota Banjarmasin tetapi ada satu
lagi teman saya yang juga ikut mewakili yaitu Nadyah. Saya dan Nadyah berbeda
kelas, dia kelas X2 sedangkan saya kelas X8. Sebelumnya kami tidak pernah kenal
satu sama lain. tapi yang saya tahu dia
juara 3 saat lomba pidato di sekolah dan saya juara 1. Setelah menerima tawaran
dari Pak Didit, hari itu juga saya langsung mempersiapkan materi yang nantinya
akan disampaikan. Kali ini lomba pidato diselenggarakan oleh BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional). Tujuan dari
pidato ini adalah untuk mensosialisasikan KB dan sekaligus tempat menampung
ide-ide atau saran yang gunanya untuk menghambat laju pertambahan penduduk di
Indonesia dan lingkungan
Sebelumnya ada beberapa hal harus yang
kalian ketahui dalam lomba pidato saya kali ini. Kategori lomba dibedakan
menjadi dua yaitu remaja dan dewasa. Tahap lomba juga dibagi dua yaitu tahap
seleksi dan tahap akhir/grand final. Tahap awal adalah tahap dimana peserta
dari masing-masing perwakilan sekolah akan diadu dan kemudian 3 besar terbaik
akan mewakili daerahnya masing-masing. Sedangkan tahap akhir/grand final adalah
tahap dimana semua perwakilan daerah akan kembali diadu sehingga menghasilkan 3
terbaik dari masing-masing kategori, dan khusus untuk juara 1 akan dikirim ke
tingkat nasional. Hadiahnya lumayan
besar, untuk juara 1 (±3 jt), juara 2 (±2 jt) dan juara 3 (±1 jt). Untuk grand
final khusus dilaksanakan di Hotel Amaris. Aa\da 5 tema yang harus dipilih. Salah
satu tema yang saya pilih adalah ‘Pengaruh Pertambahan Penduduk Terhadap
Keseimbangan Alam dan Lingkungan’.
Tema yang menarik bagi saya untuk
nantinya diangkat menjadi naskah pidato. Ini sebuah kesempatan bagi saya untuk kembali
membuktikan bahwa saya lah yang terbaik. Modal utama saya adalah pernah
menjuarai lomba pidato di sekolah. Itu menjadi motivasi lebih bagi saya. Naskah
yang akan saya buat nantinya akan lebih pada padat, berisi, dan berbobot. Agar
nantinya juri melihat naskah yang sampaikan memang berkualitas, tidak hanya
mengungkapkan fakta tetapi dengan solusinya juga. Setiap hari saya terus
berusaha memperbaiki naskah sambil mencari ide-ide baru. Ada hal yang membuat konsentrasi saya
terganggu disaat saat saya sedang berfokus untuk lomba pidato. Teman-teman saya
dikelas berencana untuk pergi ke Pantai Angsana. Jaraknya lumayan jauh dari
kota Banjarmasin, butuh waktu 7 jam untuk menuju kesana. Tanggal sudah
ditetapkan, teman-teman saya terus menggoda saya untuk ikut pergi kesana.
Awalnya saya menolak dengan alasan naskah pidato saya belum selesai, oleh
karena saya terus digoda, akhirnya saya memutuskan untuk ikut pergi bersama
mereka. Disana saya menginap di rumah penduduk selama 2 hari. Sepulangnya dari
Pantai Angsana saya kembali melanjutkan tugas saya untuk menyelesaikan naskah
pidato yang belum kelar.
Dengan kerja keras naskah pidato untuk
seleksi lomba BKKBN pun akhirnya selesai. Selesai mengerjakan naskah bukan berarti
tugas saya telah usai. Naskah yang tadi sudah selesai saya serahkan kepada guru
bahasa Indonesia saya yaitu Ibu Yuli Hastuti. Saya meminta beliau untuk
mengoreksi naskah pidato saya dalam hal tata cara penulisan. Lagi-lagi saya
harus mengulang naskah yang sudah jadi, karena ada sedikit kesalahan yang harus
diperbaiki. Naskah itu terus diperbaiki hingga menjadi naskah yang bagus.
Membosankan memang, tetapi ini sebuah perjuangan yang harus untuk
diperjuangkan. Saya pantang menyerah dalam urusan seperti ini, kesempatan ini
tidak akan saya sia-siakan. Alhamdulillah tahap membuat naskah benar-benar
telah selesai, sekarang adalah tahap dimana saya harus memahami lalu menghafal
naskah yang sudah jadi. Sama seperti saya mempersiapkan lomba pidato di sekolah
dulu, setiap hari saya harus menghafal naskah kemudian berlatih didepan cermin.
Tidak mudah untuk menghafal satu naskah pidato yang terdiri dari 3 lembar.
Bahasa yang digunakan pun begitu rumit, tingkat bahasa yang digunakan juga
sangat tinggi, sekelas dengan gaya bahasa para orator terkenal sekarang.
Disamping kesibukan saya berlatih
pidato, saya juga harus memikirkan tugas-tugas sekolah yang menumpuk. Kalau
tidak salah tugas yang diberikan jumlanya ada 5 buah. Diantaranya membuat
makalah kimia, makalah bahasa Indonesia, menjawab soal sejarah dan geografi
serta tugas penjaskes. Semua itu harus selesai pada waktunya, kalau tidak nilai
saya nantinya berkurang. Sulit memang membagi waktu antara menghafal naskah
pidato dan mengerjakan tugas-tugas sekolah, mau tidak mau saya harus
menyelesaikannya. Waktu semakin dekat, lomba pidato dilaksanakan tinggal 5 hari
lagi. Ini pilihan yang saya sudah pilih dan saya juga harus bertanggung jawab
terhadap pilihan saya. Dalam kondisi seperti ini tidak ada cara lain kecuali
dengan cara berdoa sambil berusaha. Alhamdulillah berkat tekad dan kerja keras akhirnya
saya dapat menyelesaikan semua tugas sekolah.
“Hidup terasa adem ketika semua tugas sekolah kelar”. Tanpa melupakan
kewajiban saya untuk menghafal naskah, beberapa menit saya meluangkan waktu
untuk menghafal walaupun hanya sebentar.
Tiba lah hari dimana tahap seleksi lomba
pidato BKKBN akan dimulai. Setelah saya meminta surat rekomendasi dari sekolah,
kemudian saya berangkat menuju SMK 4 BANJARMASIN bersama Bapak Didit dan Nadyah.
Sekitar jam 9 pagi saya tiba di SMK 4. Disana sudah banyak para peserta lomba
yang berdatangan. Ternyata lombanya diadakan didalam aula sekolah. Kemudian
kami masuk ke ruang aula lalu mengambil nomor urut undian. Saya mendapat nomor
urut 29 dari 40 peserta yang datang, bagi para peserta yang tidak datang maka
namanya akan dicoret. Mulailah satu persatu para peserta tampil kedepan.
Berbagai macam gaya ditampilkan para peserta, sehingga menarik untuk ditonton.
Tidak semua peserta lancar dalam menyampaikan pidato. Ada beberapa peserta yang
sedikit aneh saat membawakan pidato, sehingga membuat penonton yang melihat
tertawa. Tapi itu malah membuat suasana menjadi semakin bewarna. Giliran saya
sempat tertunda karena juri memutuskan untuk istirahat sebentar dan nantinya
akan dilanjutkan setelah Sholat Jum’at. Ada sedikit rasa kecewa ketika
penampilan saya ditunda. Disisi lain ini sangat menguntungkan bagi saya karena
dapat mengevaluasi kembali lewat penampilan peserta lain agar saya lebih baik
dari mereka nantinya.
Sekitar pukul 13.30 saya pergi menuju
SMK4 BANJARMASIN. Baru lah pukul 14.00 acara dimulai. Tibalah giliran saya
untuk tampil kedepan. Sebelumnya saya membaca doa terlebih dahulu “Robbish
rohli sodri wayasirli amri wahlul uqdatamilisaani yafqahu qauli..” yang artinya: “Ya Robbi lapangkanlah dadaku, mudahkan urusanku ya Rabb, dan
lepaskanlah kekakuan dalam lidahku.” Kemudian saya awali pidato saya kala itu dengan membaca
“Bismillahirrohmanirrohim”. Alhamdulillah Allah memberikan kemudahan kepada
saya, sehingga sewaktu saya berpidato tidak ada sedikit kata pun yang lupa atau
salah. Penonton sangat memperhatikan dan menikmati apa yang sampaikan. Begitu
juga dengan dewan juri, biasanya dewan juri berbicara satu sama lain atau
langsung keluar dari ruangan apabila ada peserta yang membosankan. Tetapi waktu
itu tidak, dewan juri sangat menikmati sambil sesekali tersenyum kepada saya.
Ada satu hal yang membuat saya terganggu saat itu. Saat semua orang sedang diam
memperhatikan saya berpidato, ternyata ada salah satu penonton yang duduknya
paling depan menertawakan saya. Aneh rasanya ketika seseorang tertawa disaat
yang lain sedang diam. Saya ibaratkan itu seperti permainan bola. Disaat pemain
hebat sedang menggocek, maka para suporter
yang tidak suka dengannya lalu meneriak-neriaki. Tapi lucunya sang
pemain tetap enjoy bermain, malah terus ingin menunjukkan kemampuan terbaiknya tanpa
menghiraukan teriakan para suporter. Sama halnya yang terjadi pada saya. Saat
saya sedang fokus tampil baik dalam berpidato, ada saja orang yang mencoba
mengganggu. Tapi itu tidak menjadi penghalang bagi saya untuk tampil baik
dihadapan juri. Ini cita-cita saya dari awal, untuk terus eksis karena
prestasi. “Jadi sesuatu yang tidak patut dipermasalahkan tidak usah dipikirkan”
It’s so simple!
Semua
penonton bertepuk tangan setelah saya selesai berpidato. Baru turun dari podium
dan kemudian lewat didepan juri saya langsung dipuji oleh salah satu juri dari perwakilan
BKKBN “Kamu mantap!” sambil mengacungkan jempolnya. Lega rasanya setelah apa
yang dikhawatirkan selama ini dapat diselesaikan dengan baik. Tepuk tangan dari
penonton tadi membuat saya percaya diri bisa masuk ke tahap grand final.
Alhamdulillah berkat doa orang tua, saudara, guru-guru serta teman-teman di sekolah,
saya dan Nadiyah lolos ke grand final mewakili kota madya Banjarmasin. Setelah
acara selesai, akhirnya kami semua para pemenang berfoto bersama dewan juri.
Kami tampak semakin akrab dengan dewan juri ketika mereka memberikan masukan-masukan
kepada kami. Banyak masukan-masukan yang diberikan juri kepada kami semua,
salah satunya saya. Saya diminta juri untuk tampil lebih interaktif kepada
penonton agar suasana tidak begitu tegang. “Semangat
tidak harus dengan cara berteriak-teriak” kata salah satu
juri yang mencoba menasehati saya waktu itu. Saya langsung mencatat nasehat
dari dewan juri dalam menanggapi penampilan saya tadi. Ini penting bagi saya
untuk mengavaluasi penampilan saya lewat masukan-masukan dari dewan juri. Waktu
yang sangat singkat bagi kami para peserta lomba untuk mempersiapkan diri. Tapi
itu tidak menjadi masalah yang harus dibesar-besarkan, sudah untung kami bisa
lolos mewakili kota madya Banjarmasin.
Permasalahannya
sekarang bukan pada naskah tetapi jadwal lomba pidato
yang bersamaan dengan dilaksanakannya ulangan kenaikan kelas. Saya dituntut
untuk mengambil keputusan apakah saya harus mengundurkan diri atau saya tetap
ikut lomba. Akhirnya saya bicara sama Pak Didit selaku guru kesiswaan, bahwa
saya tidak ikut ulangan kenaikan kelas dengan alasan untuk lebih fokus ke lomba
dan ini kesempatan emas yang datang hanya sekali. Awalnya Pak Didit menolak,
setelah saya yakinkan akhirnya Pak Didit mau memberikan rekomendasi ke sekolah
bahwa saya diizinkan untuk tidak mengikuti ulangan. Tapi dengan satu syarat, saya
harus mengikuti ulangan susulan nantinya. Tiba lah hari dimana lomba grand
final dilaksanakan. Nantinya lomba akan dimulai sekitar jam 9 pagi. Sebelumnya
saya harus pergi ke sekolah dulu untuk meminta izin kepada wali kelas sekaligus
Pak Didit selaku guru kesiswaan. Setelah meminta izin saya langsung bergegas
pergi menuju Hotel Amaris. Nadiyah nantinya menyusul, setelah dia mengikuti
ulangan kenaikan kelas terlebih dahulu. Tiba di Hotel Amaris, sebelumnya saya
sempat nyasar ke restoran cepat saji. Tidak lucu kalau saya berpidato saat
orang lain sedang makan “Habiskan makanan
kalian, masih banyak orang lain membutuhkan makanaaaan!!!” *tiba-tiba* ‘Mas…
pesanan saya tadi sudah?”
Tiba disana saya langsung mengambil
nomor giliran, saya mendapat giliran ke 13 untuk tampil berpidato. Setelah
mengambil nomor giliran, saya duduk disebuah ruangan yang khusus disediakan
untuk para peserta lomba pidato. Disana saya duduk bersama para peserta
perwakilan Kota Madya Banjarmasin dari masing-masing kategori. Diantara yang
duduk hanya saya saja yang laki-laki, sisanya perempuan semua. Rata-rata umur
mereka diatas saya, jadi diantara mereka hanya saya saja yang terlihat seperti
anak smp, padahal kenyataannya saya anak SMA kelas 1. Saat kami sedang asik
mengobrol, salah satu peserta tiba-tiba bicara ke saya “Aku suka deh liat gaya kamu berpidato kemarin, waktu seleksi dulu, gaya
kamu itu natural banget, keren abis!!!” Bangga rasanya menjadi orang yang
selalu dipuji oleh orang yang sama hebatnya. Pujian itu saya jadikan tenaga
pendorong untuk saya lebih percaya diri saat tampil nantinya. Kira-kira 30
menit lagi acara akan dimulai. Para peserta dari berbagai daerah di Banjarmasin
mulai berdatangan. Ada yang datang dari Kota Baru, Batu Licin, Hulu Sungai,
Banjarbaru, Tanah Laut, Tanah Bumbu dan lain-lain. Semuanya datang dari daerah
yang cukup jauh dari kota Banjarmasin. Lewat pengeras suara panitia mengumumkan
bahwa para peserta lomba pidato agar memasuki ruangan. Mendengar pengunguman
itu, kami bergegas masuk ke ruangan.
Cukup lama saya menunggu karena masing
masing peserta tampil minimal 6 menit dan maksimal 8 menit. Semakin lama saya
menunggu giliran tampil, semakin sering pula saya pergi ke toilet. Mungkin saya
lah orang yang paling sering pergi ke toilet dibandingkan peserta-peserta yang
lain. Ada salah seorang peserta wanita dari kategori dewasa memuji saya. Kali
ini bukan memuji gaya berpidato saya, tetapi memuji penampilan saya. Periswiwa itu
terjadi ketika saya sedang menata rambut untuk persiapan tampil kedepan.
Tiba-tiba dia berbicara ke saya “Udah
ganteng dek, jangan rambut aja yang dibenerin, tuh alis mu yang tebal juga
perlu dibenerin” Sepertinya baju saya saat itu terasa longgar karena terus
dipuji dan sedikit kehilangan fokus sebab saya tak terbiasa dipuji seperti itu. Hingga
akhirnya giliran saya pun tiba. Dengan rasa percaya diri saya maju kedepan
panggung. Stand mike saya lepas lalu saya pegang. Tanpa ada rasa gugup, dengan
lancarnya saya menyampaikan ide-ide serta solusi dalam pemecahan masalah
pertambahan penduduk. Semua penonton tampak tercengang melihat penampilan saya
begitu apik dalam sesi awal. Saat itu saya tampil baik dengan cara lebih
berinteraksi dengan penonton, ditambah dengan materi yang mendukung untuk
membuat penonton tertawa. Sehingga suasana menjadi cair, tidak ada lagi
ketegangan didalam ruangan. Tanpa mengurangi isi dan tujuan pidato, saya
mencoba menghibur penonton lewat materi yang sudah ada. Semua nasehat juri
dulu, sekarang saya sudah wujudkan melalui penampilan yang sangat interaktif.
Respon dari penonton membuat saya semakin bersemangat ketika menyampaikan
pidato. Naskah yang begitu panjang, sempat membuat saya lupa sehingga pidato saya
waktu itu sempat terhenti beberapa detik. Dewan juri dan penonton tampak
terkejut melihat penampilan saya yang tadinya sangat bagus, sekarang malah
berkurang. Salah satu dewan juri yang memberikan nasehat dulu, tampak
tercengang tidak percaya.
Kesalahan saya tadi membuat semua yang
ada didalam ruangan sempat tercengang. Tetapi itu tidak menjadi penghalang
untuk kemudian saya terus berpidato. Dengan santai tanpa ada beban saya terus
mengungkapkan isi pidato saya saat itu. Kemudian di sesi akhir saya mengajak
seluruh penonton untuk mensukseskan program pemerintah (KB) melalui cara baru
saya yaitu point reward dan paperless. Lalu diakhir pidato, saya tutup dengan
mengutip kata-kata dari seorang mantan presiden Amerika Serikat bernama John F
Kennedy “Don’t ask what your country can
do for you, ask what you can do for your country” Artinya “Jangan tanyakan apa
yang Negara mu dapat lakukan untuk mu, tapi tanyakan lah apa yang dapat kamu
lakukan untuk Negara mu” dan
akhirnya para penonton bertepuk tangan dengan meriah termasuk dewan juri. Lega
sudah beban rasanya ketika tugas sudah saya selesaikan walaupun tidak sesuai
harapan. Tapi saya tetap optimis bisa menjuarai lomba pidato kala itu. Niat
awal saya baik, kalau saya juara saya akan berikan hadiah atau uangnya ke ibu
saya. Ibu saya lah orang yang sangat
berjasa dalam mensupport karir saya waktu itu. Jadi wajar kalau saya ingin
memberikan hadiah atau uang dari perjuangan saya lomba pidato untuk nantinya
diberikan ke ibu saya. Tiba-tiba panita mengumumkan bahwa acara lomba ditunda
sebentar, nanti akan dilanjutkan kembali setelah jam makan siang. Sambil menunggu jam makan siang
berakhir, saya duduk santai di dalam ruangan. Melihat saya duduk sendirian di
dalam ruangan, salah satu panitia mengajak saya untuk mengambil makanan diluar.
Awalnya saya menolak, tapi pada akhirnya terpaksa saya keluar mengambil makanan
walau saya tak tau harus memakan apa. Saat saya mengambil kopi tiba-tiba salah
satu juri yang sangat akrab dengan saya lalu menghamipiri saya dan berkata “Kamu hanya perlu 30 detik lagi, ini sangat
berpengaruh terhadap penilain juri”. Gara-gara juri bicara seperti itu
akibatnya kopi yang tadinya sudah saya tambah gula, tetap saja masih terasa
pahit. Benar kata orang, “kalau hati
pahit maka lidah pun juga ikut merasakan pahit.”
Jam makan siang pun berakhir, semua
peserta kembali ke ruangan. Sisa beberapa peserta lagi yang belum tampil dan
nantinya akan segera di umumkan para pemenang dari masing-masing kategori
setelah semua peserta tampil. Lagi-lagi kakak yang tadi memuji penampilan saya
diawal, kali ini kembali memuji saya, tetapi dengan cara yang berbeda.
“Kak, tadi ada yang
pingsan yah? Siapa yang pingsan?” kata saya
“Iya, aku yang pingsan
dek.”
“Kenapa jadi pingsan
kak?” kata saya
“Gara-gara mikirin kamu
dek…” kata dia sambil tersenyum manis.
Mendengar gombalan itu,
teman-temannya yang lain tertawa lalu berkata “Ciee….ciee… ciee…”
Tidak
terasa semua peserta telah tampil. Tiba lah sesi dimana pengunguman para
pemenang lomba pidato dari masing-masing kategori. Pengunguman para pemenang
lomba pidato sempat tertunda karena menunggu kepala dari perwakilan BKKBN Kota
Banjarmasin datang. Sambil menunggu kepala perwakilan BKKBN datang, salah satu
juri berdiri didepan podium lalu mengomentari penampilan kami semua. ‘Kami kagum melihat penampilan kalian semua,
anak kami saja belum tentu bisa seperti kalian bisa berpidato mewakili daerah
masing-masing. Jadi bagi yang kalah nanti jangan kecewa, kalian sudah hebat
bisa mewakili daerah masing-masing’ Setelah berkomentar tiba-tiba beliau
mengatakan sesuatu dihadapan kami bahwa beliau sangat kagum dengan salah satu
peserta yang ada disini. “Ada salah satu
peserta yang memang mempunyai gagasan yang bagus untuk menghambat laju
pertambahan penduduk. Dengan cara barunya yaitu Paperless dan Point Reward.
Untuk lebih jelasnya kita persilahkan kepada Muhammad Reza Adhari untuk
menjelaskan lebih detail apa itu Paperless dan Point Reward” Ternyata orang
yang dimaksud adalah saya. Dengan bangganya saya menjelaskan apa itu Paperless
dan Point Reward dihadapan para peserta dan guru-guru. Tak lama kemudian Kepala
Perwakilan BKKBN Kota Banjarmasin datang. Beliau meminta agar dewan juri
mengungumkan terlebih dahulu para pemenang. Tibalah dimana pengunguman pemenang
lomba pidato BKKB Kalimantan Selatan. Satu persatu nama pemenang dari
masing-masing kategori disebutkan. Entah kenapa diantara nama-nama yang
disebutkan, tidak ada satu pun nama saya yang tercantum. Sampai juri selesai mengungumkan nama-nama pemenang
dari masing-masing kategori, nama saya tetap tidak tercantum. Jadi hanya satu
perwakilan dari Kota Madya Banjarmasin yang masuk 3 besar terbaik. Mata saya
saat itu sudah berbinar-binar seperti mau menetes. Hati kecil saya berbicara “Mungkin perjuangan ku selama ini sia-sia,
satu bulan aku mempersiapkan semua materi sampai-sampai aku tidak ikut ulangan
kenaikan kelas. Ini kah balasannya? Bagaimana aku harus menjelaskan kesemua
orang yang telah mendukung ku selama ini bahwa aku kalah?”
Mungkin hari itu adalah hari terburuk
bagi saya. Saya terus bertanya-tanya apa penyebab saya kalah! Kemudian saya
mengabarkan kepada orangtua dan saudara-saudara saya bahwa saya kalah. Awalnya
mereka tampak terkejut dan tidak percaya sebab mereka percaya dengan kemampuan
saya. Setelah saya yakinkan bahwa saya memang kalah, akhirnya mereka percaya.
Anehnya mereka tidak menyalahkan saya, tetapi mereka hanya bilang “Kamu sudah hebat dapat tampil mewakili
Banjarmasin, dalam keluarga kita hanya kamu yang bisa sehebat ini. Dan ini
sudah ketetapan Allah jadi harus disyukur”. Ternyata yang kecewa bukan
hanya saya saja tetapi bagi peserta lain yang kalah juga ikut merasakan kecewa.
Tampak raut muka mereka yang kecewa sama halnya seperti saya. Begitu juga para guru
pembimbing yang selalu mendampingi anak didiknya selama mengikuti lomba. Saya
melihat beberapa guru pembimbing mencoba membangkitkan semangat para anak
didiknya. Tapi sayang Pak Didit tidak berada disisi kami, mungkin kalau beliau ada,
pasti beliau memberikan semangat kepada kami. Kami hanya bisa memberi semangat
satu sama lain, walau hati kami tak sesemangat apa yang terucap dimulut. Teman
seperjuangan saya yang dari awal sama-sama mewakili sekolah yaitu Nadyah juga tampak sedih, terlihat dari wajahnya
yang murung. Sesuatu memang tidak dapat ditebak, kita hanya bisa memprediksi
lalu menjalani. Setelah nama-nama pemenang disebutkan, sesi selanjutnya yaitu penyerahan
piala yang diberikan oleh Kepala Perwakilan BKKBN Banjarmasin serta sertifikat
dan uang tunai. Itulah sebab mengapa saya ingin juara, saya ingin mendapatkan
hadiah itu semua. Itu sangat penting bagi saya karena penghargaan itu berguna
untuk pendaftaran kuliah nanti, tapi Allah berkehendak lain. Akhirnya acara pun
berakhir. Mulai dari jam 9 pagi sampai dengan jam 3 sore. Hari yang melelahkan
dan mengecewakan tetapi ada sedikit rasa senang ketika kami para peserta yang
kalah, diberikan uang tunai masing-masing 190 rb. Lumayan besar bagi kami
anak-anak muda yang biasa meminta uang ke orangtua. Ya paling tidak untuk
ditabung atau nantinya untuk keperluan sekolah. Keluar dari Hotel Amaris
ternyata hujan turun. Pas sudah kekalahan saya saat itu diiringi air hujan dan
air mata pun akhirnya menetes saat dijalan menuju rumah.
Beberapa hari sudah berlalu semenjak
kekalahan menyakitkan. Ada sebuah kata-kata yang telah mengingatkan saya untuk
tidak harus kecewa secara berlebihan “Hai
anak muda bercita-cita lah setinggi langit! Dan apabila kamu jatuh saat menuju
langit, tetap lebih baik daripada jatuh langsung ke bumi karena kamu JATUHnya
BERSAMA BINTANG-BINTANG YANG BERSINAR” Dan akhirnya saya sadar bahwa saya
kalah diantara orang-orang hebat lalu sekarang saya dapat bangkit dari
kekecewaan. Kata-kata itu lah yang membuat saya sekarang dapat berdiri tegak,
bangkit dan berjiwa pemenang. Tidak ada rasa minder dalam diri saya bahwa saya
payah! ‘Siapa yang berani mengatakan
bahwa saya payah, sedangkan pekerjaan yang saya lakukan itu tidak semua orang
bisa?!’ So, You Are Free To Be Awesome!. Pengalaman tak terlupakan ini saya
jadikan sebagai langkah awal untuk terus menuju kemenangan. “Kalau hanya mau menang, berlomba lari-lah
melawan bekicot. Kalau mau terhormat, berlombalah dengan yang terbaik.” – Mario
Teguh
Sekian tadi cerita yang insyaallah menginspirasi.
Semoga kalian yang membaca dapat mengambil sisi positifnya. Mohon maaf kalau
ada kata-kata yang berkurang berkenan. Kesempurnaan milik Allah dan kekurangan
milik saya. Tunggu terus cerita-cerita menarik lainnya. Terimakasih. Salam
Sukses :)
![]() | ||||